Powered By Blogger

Minggu, 10 Mei 2009

PELESTARIAN KEBUDAYAAN TOPENG MALANGAN DITENGAH ERA GLOBALISASI DI KABUPATEN MALANG

Merujuk Pada Sang Maestro Topeng Malangan



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
              Globalisasi yang semakin meluas menjadikan sekat antara negara yang satu dengan negara yang lain begitu maya (borderless). Banyak sekali hal-hal yang ditawarkan dalam konsep gobalisasi tu sendiri, misalnya saja ideologi ataupun bahkan kebudayaan yang sebenarnya tanpa disadari telah membuat budaya lokal terkikis sedikit demi sedikit.
          Masuknya budaya Westernisasi ke Indonesia membuat budaya lokal yang telah singgah terlebih dahulu di Indonesia mengharuskan-nya memiliki nilai tawar yang lebih kepada masyarakat terutama kepada generasi muda, supaya mereka dapat bertahan dan tetap hidup ditengah dunia yang semakin meng-global. Indonesia sebenarnya memiliki banyak sekali budaya yang menarik salah satunya topeng yang terkenal di tiga tempat, yaitu topeng Bali, topeng Cirebon dan topeng Malangan.
        Kota Malang merupakan kota yang sebagian besar wilayahnya berupa dataran tinggi disertai panorama yang indah. Terbukti dengan banyaknya taman yang asri serta bangunan arsitektur Eropa yang sampai kini masih tetap dipertahankan. Banyaknya objek wisata menarik disertai dengan pelayanan masyarakat yang sangat begitu ramah. Jumlah penduduk Kota Malang kira-kira mencapai 700.000 dengan luas sekitar 124.456 kilometer persegi. Kepadatan penduduk mencapai 5.000-12.000 jiwa perkilometer persegi. Masyarakat Malang terdiri dari berbagai etnik ( terutama suku Jawa, Madura, sebagian kecil Arab dan China)
                Kekayaan etnik dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian tradisonal yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah tari topeng , namun kini semakin tenggelam oleh kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah wujud pertemuan gaya kesenian Jawa Tengahan (Solo, Yogya), Jawa Timur-Selatan (Ponorogo, Tulungagung, Blitar) dan gaya kesenian Blambangan (Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi). Perpaduan itu beberapa budaya itu menyebabkan akar gerakan tari ini mengandung unsur kekayaan dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali. (sitar Jawa) seruling Madura (yang mirip dengan terompet Ponorogo) dan karawitan model Blambangan.
             Tari Topeng diperkirakan muncul pada masa awal abad 20 dan berkembang luas semasa perang kemerdekaan. Sampai saat ini Tari Topeng masih bertahan dan masih memiliki sesepuh yaitu Mbah Karimun yang tidak hanya memiliki keterampilan memainkan tari ini namun juga menciptakan model - model topeng dan menceritakan kembali hikayat yang sudah berumur ratusan tahun. Tari Topeng sudah mendekati kepunahan walaupun masih tetap mengikuti even-even penting kesenian tradisional tingkat nasional.

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah sejarah keberadaan Topeng Malangan?
  2. Bagaimana Topeng Malangan dapat bertahan ditengah Era Globalisasi?

C. Tujuan
  1. Untuk mengetahui bagaimanakah sejarah topeng Malangan.
  2. Mengetahui bagaimanakah caranya melestarikan topeng Malangan dengan berbagai tantangan dari dunia luar.

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

A. Sejarah Topeng Malangan.
            Tari Topeng Malang sangat khas karena merupakan hasil perpaduan antara budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan dan Jawa Timuran (Blambangan dan Osing) sehingga akar gerakan tari ini mengandung unsur kekayaan dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali. Salah satu keunikannya adalah pada model alat musik yang dipakai seperti rebab (sitar Jawa) seruling Madura (yang mirip dengan terompet Ponorogo) dan karawitan model Blambangan. (Claire Holt. 2000. Melacak Jejak-jejak Perkembangan Seni Indonesia).
        Tari Topeng sendiri diperkirakan muncul pada masa awal abad 20 dan berkembang luas semasa perang kemerdekaan. Tari Topeng adalah perlambang bagi sifat manusia, karenanya banyak model topeng yang menggambarkan situasi yang berbeda, menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya ( Drs. Sumarwahyudi, dkk.1999. Kerajinan Topeng).
          Berdasarkan wawancara dengan istrinya Pak Karimun ( pengrajin Topeng Malang ), yaitu Mbah Siti Maryam, telah kami peroleh informasi tentang sejarah tari ini. Menurutnya, Tari Topeng diciptakan oleh Airlangga ( putra dari Darmawangsa Beguh ) dari Kerajaan Kediri. Ia kemudian menyebarkan seni tari itu sampai ke Kerajaan Singosari yang dipimpin oleh Ken Arok. Raja Singosari itu kemudian menggunakan Tari Topeng untuk upacara adat, drama tari yang terdiri dari kisah Ramayana, Mahabarata, dan Panji. Selain itu, Tari topeng juga digunakan untuk penghormatan pada para tamu dan ritual memuja arwah nenek moyang.
           Kemudian pada awal penyebaran agama islam di Indonesia, para Wali Sanga mencoba memperbaiki tari topeng agar dapat disesuaikan dengan aturan agama islam. Diantaranya adalah dengan merubah tata busana Tari Topeng menjadi lebih sopan dan juga mengganti bahan alat musik Tari Topeng ( gamelan ) yang semula dari besi kemudian diganti kuningan. Tujuan penggantian bahan gamelan Tari Topeng menjadi kuningan adalah untuk memperkeras alunan musik tari tersebut. Karena dengan alunan yang keras, banyak rakyat yang akan datang ke tempat tarian itu. Dan para Wali Sanga dapat menyebarkan agama islam di tempat itu. Pada saat zaman penjajahan, tari topeng sudah hampir punah. Dan hanya pejabat-pejabat tinggi atau pemerintah Kolonial Belanda saja yang mengerti tentang Tari Topeng. Tetapi ada seorang pelayan Belanda bernama Panji Reni yang ditugaskan mencuci topeng . Ia kemudian tertarik untuk mempelajari tari tersebut. Akhirnya, ia mencoba membuat topeng di Polowijen, Blimbing dan ternyata hasilnya sangat memuaskan. Kemudian, ayah Pak Karimun ( Ki Man ) juga mempelajari Tari Topeng tersebut dan mencoba membuat topeng di Kedung Monggo, Kecamatan Pakisaji, Malang. Dan pada tahun 1933, Pak Karimun belajar menari topeng bersama ayahnya. Dan akhirnya ia menjadi pengrajin topeng serta pendiri sanggar tari karena takut Tari Topeng akan punah.

Macam-macam Topeng Malangan
      Tari Topeng sendiri merupakan perlambangan dari berbagai sifat manusia, karenanya banyak model topeng yang menggambarkan situasi yang berbeda; menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya. Tokoh –tokoh dalam tari topeng yang terkenal ada 3 pasangan, yaitu : topeng Panji Asmara Bangun yang berwarna hijau dengan Sekartaji yang berwarna putih adalah pasangan pertama. Pasangan kedua adalah topeng Gunung Sari yang berwarna putih dengan Sang Ayu Ragil kuning yang warnyanya kuning. Serta Klono Suwondo dengan Topeng Bapang yang berwarna merah. Untuk perlambangan pada cat wajah topeng sendiri memiliki arti. Arti warna putih adalah suci, warna hijau artinya kemakmuran, sedangkan kuning berarti kebersihan dan warna merah berarti keras, murka, dan licik. Dalam tari Topeng juga ada topeng yang bentuk hidungnya panjang, dan ini berarti laki-laki suka mencium perempuan, juga yang mata keranjang atau bisa disebut sebagai laki-laki “hidung belang”. (Soedarsono. 1979. Beberapa Catatan Tentang Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta : Konservatori). Mengapa jenis dasar Topeng Malangan hanya ada enam, ini dikarenakan supaya guyub (rukun), tidak sering terjadi perpecahan, tambah Mbah Maryam yang merupakan istri dari Mbah Karimun.

Pembuatan Topeng Malangan.
          Untuk bahan dasar pembuatan topeng itu sendiri tidaklah sulit untuk dicari, sebenarnya semua kayu bisa digunakan sebagai bahan pembuatan topeng, namun ada jenis kayu yang biasanya digunakan untuk bahan membuat topeng di antaranya mahoni, rambutan, waru, sengon, randu, kembang, pete, alpukat, klengkeng, nangka, sawo, dan pule, tutur Mak Mariam.
Ada pula alat-alat khusus yang sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk membuat topeng Malangan ini, di antaranya adalah :
  • Kapak atau gergaji, digunakan untuk membelah batang pohon yang masing berbentuk tabung dengan ukuran tinggi 21cm menjadi 2 bagian yang sama.
  • Gergaji tangan, untuk memebentuk bagian atas topeng.
  • Patuk, untuk membuat cekungan bagian dalam topeng.
  • Tatah, untuk membentuk pola dasar ( muka ) topeng.
  • Pangot
  • Gergaji Pelat, untuk melobangi mata topeng.
  • Kerok, untuk menipisi dan memperhalus bagian dalam topeng.
Mbah Karimun sang Maestro Topeng Malangan ini sekarang tidak berdaya lagi untuk membuat topeng karena kesehatan beliau yang semakin menurun. Sehingga untuk tetap melestarikan budaya topeng Malangan ini, di alihkan kepada istrinya baik dalam pembuatan topengnya ataupun dalam seni tari itu sendiri. Dalam pembuatan topeng Malangan itu sendiri ibu Siti Mariam mengggunakan modal sendiri untuk membeli semua bahan dan peralatan. Sedangkan jika saya tilik dari keadaan kehidupan mereka, Mbah Karimun dan Mbah Maryam hanya cukup untuk makan sehari-hari dan untuk biaya berobat Mbah Karimun yang semakin renta. Sehingga, wajarlah andaikan Mak Yam (panggilan sehari-harinya) hanya bisa membuat topeng dengan stok yang terbatas. Mak Yam membuat topeng dalam jumlah besar ketika mendapatkan pesanan saja. Dalam membuat topeng, Mak Yam biasanya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
  • Kayu (yang telah kami sebutkan jenisnya diatas tadi), dengan ukuran tinggi 21cm kemudian dibelah menjadi dua bagian yang sama (10,5cm).
  • Kayu tersebut kemudian dibuat menjadi 7,5cm.
  • Setelah menjadi ukuran 7,5cm, kayu tersebut dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk rangka sebuah wajah seperti pada gambar di atas.
  • Setelah mendapatkan bentuk dasar dari topeng apa yang ingin dibuat, kemudian mulailah pembuatan ukiran pada atas topeng (lung luwe, dele kecer, kembang suryo, dan ukel).
  • Membentuk pipi.
  • Membentuk bibir.
  • Memperhalus bentuk mata.
  • Memperhalus bentuk ukiran rambut.
  • Setelah semua sudah cocok dengan karakter yang diinginkan barulah memperhalus semuanya dengan ampelas halus.
  • Setelah itu proses pewarnaan.
  • Dan finishing.
Proses pemasaran Topeng Malangan ini tidaklah terstruktur sebagaimana pemasaran barang-barang dagang lainnya. Rata-rata pembeli datang langsung ke pengrajin untuk memesan taupun membeli langsung topeng yang sudah tersedia. Harga dari Topeng ini berkisar antara Rp. 20.000,- hingga 5 jutaan., tergantung dari karakter topeng. Karakter topeng yang dimaksud disini adalah sifat, laku, dan pembawaan yang dimiliki oleh masing-masing topeng. Pembuatan 1 buah topeng bisa memakan waktu hingga 1 minggu (minimal).
Hingga tahun 2000-an paling tidak, ada 4 sentra pengembangan seni topeng malang. Selain di Glagahdowo, ada juga sentra topeng milik Ki Soleh di Mangundarmo, Tumpang, Kedungmonggo, Pakisaji milik Mbah Karimun, dan di Jabung Pakis. Perbedaan keempat sentra tersebut semata dimungkinkan karena pengaruh geografis serta interpretasi para pewarisnya. Dari itu muncul aliran-aliran khas daerah pembuatnya. Seperti halnya perbedaan tekstur topeng yang tergantung dari keterampilan para pembuatnya. Misalnya saja di Glagahdowo, tekstur Sekartaji terkesan lebih putih dan gemuk.



B. Pelestarian Topeng Malangan ditengah Era Globalisasi.
         Mungkin apa yang menjadi fenomena saat ini adalah suatu kebenaran. Pengaruh global semakin menenggelamkan kesenian tradisional seperti Topeng Malangan ini. Pementasan wayang topeng yang memakan waktu kurang lebih satu malam itu sudah dianggap tidak praktis lagi untuk dipentaskan saat hajatan. Saat ini lebih banyak muncul pentas-pentas seni selain tari daripada pentas Topeng Malang. Menurut Maestro Topeng Malang, Mbah Karimun beberapa waktu lalu, sekarang ini tidak lagi banyak job menari Topeng Malangan selain saat peringatan HUT Malang. "Terakhir kami pentas besar saat HUT Malang beberapa waktu lalu," tutur istri Mbah Karimun, Siti Maryam. Yang lebih banyak dilakukan Mbah Karimun untuk melestarikan budaya Topeng Malangan, menurut Mbah Maryam, saat ini cara yang tepat untuk melestarikan Topeng Malangan adalah dengan tetap melatih anak-anak kecil di lingkungannya untuk belajar membuat Topeng Malang dan tari Topeng Malangan dengan mendririkan Padepokan Sri Margo Utomo. Melalui dua murid Mbah Item yakni Mbah Rasimun dan Pak Sutrisno. Sehingga, padepokan Topeng Malangan semakin berkembang. Tidak sedikit orang yang menimba seni adiluhung di sana, tidak hanya warga sekitar, namun juga dari luar kota bahkan dari mancanegara. Salah satu murid yang pernah berguru di tempat itu adalah Didik Nini Thowok, seniman tari asal Yogyakarta. Topeng Malang atau Topeng Malangan pada hakikatnya adalah wayang orang yang mengenakan topeng. Cerita yang disajikan pun seputar masalah kepahlawanan atau cerita panji. Cerita Panji menampilkan setting latar belakang Kerajaan Jenggala dengan tokoh Prabu Lembu Amiluhur dan Raden Panji Asmara Bangun, Kerajaan Daha dengan tokoh Lembu Amisesa, Gunung Sari, dan Dewi Sekartaji, serta Kerajaan Kediri dengan tokoh Pambelah, Pamecut, Patih Kudamawarsa, Lembu Pati, dengan tokoh antagonis Klana Sabrang, Bapang, dan Wadyabala. Karena terbatasnya pelakon, sementara tokoh yang diperankan sangat banyak, karena itulah dipilih media topeng. Oleh karena itu seorang penari dituntut dapat membawakan lebih dari satu atau dua karakter. Dalam pementasan, cerita Panji memakai 20-30 topeng yang dipentaskan antara 8-10 orang.            
              Seiring dengan hal itu, budaya komunitas masyarakat Malang-pun kian memudar. Era tahun 1960-1990-an, komunitas seni pernah tumbuh subur seperti Himpunan Seni Budaya Islam Malang (1960-an), Kelompok Studi Teater (Kloster) Malang (tahun 1960-an), Rumah Budaya (2000), Lembaga Budaya Desa (2001), Forum Cerpen Malang (2000), Forum Wolulikuran (2004), dan komunitas-komunitas seni lainnya. Kini semuanya tinggal nama. Mungkin mulai berkurangnya rasa memiliki Topeng Malangan sebagai identitas adalah salah satu bentuk kehilangan Malang yang tidak langsung terasa.Yang lebih terlihat nyata adalah hilangnya fasilitas publik yang bisa menjadi wadah berkumpul dan mengapresiasikan segala potensi seperti di Taman Indrokilo, GOR Pulosari, dan sarana publik lain. Dewan Kesenian Malang juga semakin sepi. Satu per satu semuanya disulap menjadi perumahan atau pertokoan guna mendukung urbanisasi. Seiring itu, hilang pula sebutan Garden City untuk Malang karena taman-taman kota mulai hilang berganti gedung dan pertokoan. Kondisi ini sangat kontras dan memprihatinkan dengan pencapaian Kota Malang yang cukup luar biasa secara ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kota Malang tahun 2007 diklaim mencapai 6,7 persen, jauh mengungguli target pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 6,5 persen, jauh meninggalkan pertumbuhan provinsi Jawa Timur yang hanya 6,3 persen, dan capaian pertumbuhan nasional yang tahun ini hanya bisa mencapai 6,4 persen. Dan disaat dibuatnya pesta rakyat Malang Kembali, orang mulai bertanya. Malang Kembali seperti apakah yang coba disuguhkan kepada khalayak ramai. Apakah wayang-wayang kulit yang ternyata justru didatangkan dari Solo dan Wonogiri (seperti Pak Sogi dan Pak Sabar yang membawa wayang buatannya hingga sebanyak lima kodi di sudut Jalan Ijen). Boleh jadi Malang Kembali tanpa sadar merupakan salah satu bentuk perwujudan ekspresi kekhawatiran dan kerinduan warga Malang akan seni dan tradisi. Seni dan tradisi yang mulai luntur seiring perkembangan zaman. Warga Malang mulai risau. Jika semakin lama identitasnya tergerus zaman, semakin lama yang ditakutkan adalah generasi yang selanjutnya tidak mengetahui budayanya sendiri.
           Selain dengan cara mewariskan karakter, tarian Topeng pada masyarakat sekitar serta membuat sanggar seni. Kabupaten Malang juga telah menyisipkan kebudayaan Malang ini sebagai salah satu kurikulum sekolah, terutama tingkat Menengah Pertama dan Menengah Umum. Bahkan di beberapa universitas seperti Universitas Negeri Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Merdeka juga memiliki jurusan seni tari dan salah satu kurikulumnya membahas tentang Tari Topeng Malangan. Dan Topeng Malangan sendiri juga tetap menjadi salah satu tujuan warga asing untuk menambah koleksi topeng mereka, seperti halnya Turis dari Belanda yang beberapa waktu yang lalu bertandah ke rumah Mbah Karimun untuk membeli salah satu koleksi topeng beliau.
              Dunia maya yang semakin membanjir sebenarnya merupakan media yang sangat menguntungkan jika bisa digunakan secara maksimala. Karena media ini menjadi salah satu media pengenalan dan pemasaran Topeng Malangan. Dengan memasuki situs-situs tertentu yang tantunya berhubungan dengan kesenian khas Malang ini, maka kita dapat mengetahui bagaimanakah budaya Topeng Malangan baik masyarakat nasional bahkan internasional. Dan dari sanalah beberapa orang mengharapkan kebudayaan Topeng Malangan dapat tetap terjaga kelestariannya demi anak cucu kita kelak.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
  1. Sejarah Tari Topeng Malangan berawal dari Prabu Airlangga putra dari Darmawangsa Raja dari Kerajaan Kediri, kemudian ia menyebarkannya ke seluruh pelosok negeri termasuk Malang.
  2. Cara melestarikan Seni Tari Topeng Malang adalah dengan mempelajari tarian tersebut secara intensif, dan menyebarkannya lewat daerah-daerah atau lembaga pendidikan, serta memberi motivasi pada anak cucu untuk belajar menari, serta melalui media massa dan dunia maya.
Sementara itu, generasi muda terutama mereka para pewaris langsung, mempunyai kewajiban moral untuk meneruskan tradisi tersebut. Dan peran semua pihak sangat diharapkan agar Topeng Malang yang telah menjadi ciri khas tetap lestari.

DAFTAR PUSTAKA

Claire Holt. 2000. Melacak Jejak-jejak Perkembangan Seni Indonesia. Diterjemahkan oleh Soedarsono. Bandung : MSPI.
Dra. H.A.R.D. Kemalawati dan Dra. Kapti Asiatun. Oktober 1990. Tarian Daerah. Koentjaraningrat. 1979. Skripsi.
Drs. Sumarwahyudi, dkk. 1999. Kerajinan Topeng.
Edi Setyawati. 2002. Indonesian Heritage. Jakarta : Groiler International.
Kompas. Jum’at, 4 Januari 2002.
Sutirjo, dkk. Karya Ilmiah Remaja. Malang : Citra Mentari.
Soedarsono. 1979. Beberapa Catatan Tentang Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta : Konservatori.
http://rd.yahoo.com/M=210544.1579876.3135161.1261774/D=egroupweb/S=1705043464:M/A=776675/R=0/*
http://ads.track-star.com/adspace.ts?ts=1;2;217;107_220_105_264"target=_top>src
http://us.a1.yimg.com/us.yimg.com/a/di/dietsmart/300x250_11_12.gif"alt
http://us.adserver.yahoo.com/l?M=210544.1579876.3135161.1261774/D
http://docs.yahoo.com/info/terms/
www.jawapos.com
www.sinarharapan.com
www.kompasgramedia.com



MOHON TINGGALKAN KOMENTAR ANDA SETELAH MEMBACA
TERIMAKASIH.....

2 komentar:

Unknown mengatakan...

apakah ada agenda pementasan seni wayang topeng di malang? kapan?

wara mengatakan...

BAGUS TULISANNYA ADA RUJUKAN YANG BISA DIPERTANGGUNGJAWABKAN, DITUNGGU TULISAN YANG LAIN