Powered By Blogger

Kamis, 22 Desember 2011

CORAT-CORET TENTANG IBU

Dulu sekali, dalam benak saya sosok ibu adalah seseorang yang memberikan saya uang jajan setiap hari (my mom is my ATM, wkwkwkwk…..), member saya makan dan menyiapkan segala keperluan sekolah saya. Saya saat itu masih duduk dibangku sekolah dasar yang masih ingusan dan masih cengeng (kalo cengeng sampai sekarang ceh sebenarnya, hehehe…..). Maklumlah, namanya anak usia segitu belum mengerti apa arti pengorbanan atau kasih sayang yang diberikan oleh seorang ibu melalui perhatiannya setiap hari. Yang saya tahu hanyalah belajar, bermain, dan tidur (uhuuuiiii….enak sekali hidup pada masa itu, nggak mikir masalah hidup yang berat cuy….).
              Sekedar membuka memori masa kecil saya. Ibu saya sering sekali marah kepada saya bahkan sampai mencubit lengan saya hingga biru lantaran saya tidak mau menurut kepada ibu. Saya adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Kalau siang hari pada saat SD dan SLTP saya diharuskan ibu untuk tidur siang. Tapi nyatanya, yang ada saya malah main dengan tetangga belakang rumah ataupun teman-teman saya yang lain. Entah ke sawah, entah ke tambak. Pokoknya ada saja yang saya telusuri dan saya mainkan, sampai-sampai pada usia tersebut kulit saya hitam. Tapi ya begitulah ibu saya, menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya meski dengan cara yang mungkin agak menjengkelkan, but now I know that is your love how…
              Menginjak usia yang semakin dewasa, SLTA. Saya sudah berpisah dengan keluarga saya untuk menuntut ilmu dikota anatah berantah. Awal mulanya saya merasa senang sekali karena mendapatkan kebebasan untuk menetunkan pilihan-pilihan kecil dalam hidup saya. Setengah bulan berlalu, saya belum pula ingin pulang kerumah. Namun, diakhir-akhir minggu masa liburan sekolah ada rasa yang membuat saya rindu akan rumah. Ternyata, itu dikarenakan ingin mencicipi masakan ibundaku tersayang, hehehe….. Baru pada saat itulah saya benar-benar merasakan rindu kepada sosok ibu yang dulu selalu mendekap saya dikala saya sakit demam atau sekedar memeluk saya disaat saya tidur (jadi rindu masa-masa itu). Dan semakin bertambahnya usia saya menjadi semakin mengerti bagaimana pengorbanan orang tua apalagi seorang ibu yang sejak sebelum kita melihat dunia, masih dalam perut ibu, bagaimana pengorbanannya selama mengandung anak-anaknya. Tak akan bisa dibayar oleh harta apapun didunia ini. Saya benar-benar merasakan jerih payahnya untuk membesarkan anak-anaknya hingga menjadi orang-orang yang sukses dan disaat memiliki masalah yang besar kemarinlah saya benar-benar merasakan bahwa ibu saya adalah malaikat yang Allah kirim untuk saya, malaikat yang telah usang sayapnya karena terkena peluh keringat untuk mengusahakan kebahagiaan anak-anaknya.
          Dan dihari ibu sekarang ini, saya hanya bisa mengucapkan “terima kasih Allah, karena telah mengirimkan malaikat pemberi segalanya kepada saya sebagai tangan panjang dariMu. Limpahkanlah Rohman dan Rohim-Mu yang tak terhingga kepada beliau melebihi kasih sayangnya kepada hamba. Apapun permasalahan yang ibunda saya hadapi dariMu sebagai proses kenaikan pangkatnya diharibaanMu nanti, jadikanlah beliau sabar, sabar yang tanpa batas dan tegar, tegar yang tanpa patah. Kabulkanlah do’a anak yang belum bisa membahagiakan kedua orang tuanya ini ya Tuhan, Allah Yang Mengetahui Segalanya dan Pemberi Segalanya, Amiin Ya Robbal ‘alamin…….”

Tidak ada komentar: